Selasa, 27 September 2016

Posted by Unknown | File under :
OLEH: AINUR RAHMAN

Manusia mempunyai kesempurnaan tertinggi dari pada makhluk lainnya, yang di ciptakan Tuhan sebagai insan yang berakal. Dari akal tersebut yang membedakan manusia dengan sebangsa binatang. Lalu dengan adanya reproduksi dari pasangan manusia, (lelaki dan perempuan) dari tahun ke tahun yang semakin membiak dan menyebar ke berbagai belahan dunia. Terjadilah sebuah kelompok-kelompok manusia, atau masyarakat yang membentuk suku-suku bangsa yang berbeda, juga dengan etnik yang meragam. Yang menduduki berbagai suatu wilyah-wilayah yang mempunyai aneka kultur, serta kepemerintahan yang berbeda dari satu penduduk ke penduduk lainnya.
Di Indonesia terutama yang mempunyai kesatuan wilayah, yang berpetak-petak di muka bumi, yang di huni berbagai keluarga atau masyarakat dengan mempunyai kepemerintahan sendiri-sendiri. dengan nama-nama daerah yang berbeda:

»    Pertama adalah kota yang berstatus metropolis, dengan mempunyai identitas mayoritas kapitalis. Yang juga disebut kota pertumbuhan dan sebagai wadah penampung manusia-manusia buruh.
»    Kedua adalah desa yang secara mayoritas masyarakat pribumi bercocok tanam, dari latar yang berbeda. Dan juga masyarakat desa yang keumumannya di Madura sendiri. Dari tahun ke tahun bermigran ke pulau-pulau Jawa maupun ke kota-kota bear hingga menjadi kultur Madura.

Jadi jika di korek dari hubungan sosial maupun kultural yang berbeda antara desa dengan kota, pertama di desa pada wilayah timur letaknya di pulau Madura Sumenep ke bagian timur daya. Yang secara umum jika dipandang dari kulturnya, yaitu memproduksi dari kebiasaan-kebiasaan nenek moyak dahulu yang hingga kini tetap terlestarikan. Contaoh: seperti Ludruk,” yang mengangkat cerita-cerita kerajaan zaman dahulu di Madura. Dan “Tandek” atau “Tayub” dalam bahasa kamus KBBI Indonesia. Yang secara universalnya di Madura sendiri, para sinden menari di atas panggung taub  dengan iringan musik gamelan. Ketika ada acara atau pesta resmi misalkan pertunangan atau ulang tahun sambil di sawer. Kata orang Madura tulen. Atau carok tradisi yang sangat ditakuti oleh orang luar Madura yang orang-orang awam memandangnya sebagai budaya kekerasan. Pada hekekatnya tidak, orang Madura tulen sendiri melambangkan kesejatian dan keperkasaan sebagai lelaki orang Madura. Misalkan ada sepasang suami istri di Madura lalu si istri pacaran dengan orang lain, dan ketahuan lakinya ia idak akan mengambil pestol atau besi tetapi celurit yang pertama kali diambil untuk menantang carok dengan lelaki tersebut. Jadi dari sederet cerita itu bahwa carok adalah sebuah pembelaan diri seorang Madura. Jika dari sosialnya yaitu sangat kental dengan saling bahu-membahu antara sesama kekeluargaan maupun bertetangga.

Hika di kota, dilihat dari sosialnya maupun kulturnya. Terlalu condong kepada budaya barat. Kehidupan di kota dari kubu ke kubu yaitu sangat renggang solidaritasnya begitu hidup sendiri, atau gamblangnya nabsi-nabsi.

Begitu benar kata Kuntowijoyo, melalui perbedaan sosial yang menjadi kultur pada masa kini yang sangat kontral sosial, antara kora dan desa. Dalam bukunya (karangan Kuntowijoyo, budaya dan masyarakat) (yogyakarta: tiara Wacana, 2006) halaman, 114

Kutipan sebagai berikut:
Kota-kota besar mulai menjadi metripilitan yang menyajikan bentuk masyarakat yang berbeda sangat jauh dangan pedesaan. Keramahan dan keakraban yang ditujukan oleh desa dan kota kecil telah dgantikan dengan kekerasan dan keangkuhan kota. Tumbuhnya organisai sosial massa di kota-kota makin mengenaskan bahwa hubungan sosial semakin kapada hungan kepentingan impersonal semata-semata.

Dari situlah ciri keragaman identitas manusi ditemukan melalui kebiasaan yang mejadi budaya maupn secara hubungan sosial yang berbeda. Yang membedakan sikap manusia kota dengan sikap manusia desa.

Lalu dengan kedhiuapan yang semakin mutakhir, ditambah zaman yang  semakin mutakhir ditambah zaman yang semakin berakhir, penulis akan mengorek lebih dalam hunungan desa dnegan kota dari sudut ekonomi dan sistem kerja. Dengan mengangkat sebuah wilayah di daerah ke pulauan Madura. Pada desa ke timur Sumenep, yang mulai ramai dengan perubahan masyarakat yang dulunya agraris dengan sikapa hidup yang primitif. Namun pada saat ini urbanisasi sudah mulai luntur dari kultur kedhidupan sesungguhnya di desanya. Dengan desa yang mempunyai luas swah dan kebunnya. Tak lagi digunakan dibiarkan menderita warisan nenek-moyangnya dari zaman ke antusias berduyun-duyun setiap hari, atau tiap minggu dari kelompok-kelompok masyarakat agraris pedesaan. Merantau ke kota-kota besar sudah menjadi kultur baru dari masyarakat agraris pedesaan. Merantau ke kota-kota besar sudah menjadi kultur baru dari masyarakat Madura masa kini, semisal ke Jakarta sebagai pusat pertumbuhan kerja. Demi kepuasaan ekonomi yang memadai, dengan orang-orang Madura sendiri yang kapitalis atau kelompok-kelompok yang mempunyai modal tingi yang sudah lama di kota, semakin mangajak atau merangsang masyarakat pedesaan bercocok tanam sehari-hari di Madura. Itu demi semata-mata mengambil keuntungan yang lebih besar dari orang-orang yang dipekerjakan dan rangsangan itu melibatkan semuanya di masyarakat Madura. Memang benar kata Iwan Fals, dalam lagunya yang berjudul; desa.

Pada larik-lariknya,

Desa harus jadi kekuatan ekonomi/ agar warganya tak hijrah ke kota/ sepinya desa adalah modal utama untuk bekerja dan mengembangkan diri. lalu penggalan lirik ini yang begitu begitu penting, desa dan kota tak terpisahkan tapi desa harus diutamakan/

Pada sejatinya memang desalahh yang menjadi kekuatan ekonomi, dari mengolah sawah dan ladangnya. Agar masyarakat Madura tidak lagi hijrah ke kota, sungguh benar kata Iwan Fals itu. Kota sesungguhnya hanyalah sebuah sarana industri, untuk mengolah bahan mentah dari hasil pertanian desa. Dari situlah sehaikikinya gubungan sosial dan budaya yang tetap terjaga antara kota dan desa. Tapi dengan adanya hubungan-hubungan secara keseluruhan di Indonesia, keluar-luar negeri misalkan ke Australia dll. Lalu terjadi transaksi-transaksi barang dengan mengimpor dari luat negeri barang-barang yang mungkin lebih berkualitas dan bermutu tinggi, ketimbang hasil buminya sendiri yang melimpah sperti sapi, ikan tau lauk-pauk seperti cabai, wortel, dan sebagainya.

Jika hal tersebut terus berulang-ulang setiap hari atau tiap tahun maka hangan berkata tanahku tanah surga, bumiku  luas dan sbur menghijau. Dan Indonesia merdeka tanpa jajahan. Liciklah semua itu.


0 komentar:

Posting Komentar