Kredo Rahasia
Rahasia adalah kenyataan yang diasingkan
Dan kesunyian begitu akrab;
Ia musik yang asing bagi liriknya
Ia hulu yang tak merindukan hilir
Dan luka yang gagap pada perih
Maka biarkan ia berlayar menuju samudera kesunyian
Kutub, 2016
Untuk May
May, kau tahu
Perempuan adalah tumpukan rahasia;
Menyeret lelaki pada pusaran khawatir
Membiarkan lelaki ditusuk oleh kerinduan,
Kerinduan yang membentangkan jalan
Kepada siapa ia akan berakhir
May, masing-masing kita adalah gugusan takdir
Dari jantung malam, dari wajah yang tegang
Kita menyusun getir, dan
Pada segala yang hidup kita bisikkan
Bahwa kisah ini adalah pelaksanaan takdirku
Melihatmu adalah kegelisahan perjalananku
Entah apa yang kamu bawa dari masa lalu;
Kau merobek cerita yang aku susun pada malam yang lain
Pada jantung kesedihan yang lain;
Pada hati tempat dimana aku hidup
Pada hatinya, pada simpul segala harapan
Bagai sungai mengalir menghanyutkan segala rahasia
May, sungai itu kutahu
Menghanyutkan harapan serta doadoa manusia
Pada samudera keabadian,
tapi tak mungkin sungai itu menghantarkanku padamu
sebab itu, aku bungkus gumpalan rasa itu
dan kubiarkan ia diombang-ambingkan
oleh samudera di dalam diriku,
dan bila ia telah menemukan celah untuk keluar
maka akan aku muntahkan ia
sebagai peristiwa mahamenyedihkan di dalam diriku.
Kutub, 2016
Dul Halim
Orang gila itu
Menemukan kembali ingantannya
Di dalam tarian
Terlihat jelas
Betapa gerakan kaki yang lincah
Bak angin meruah isyarat pada samudera
Yang mejadikannya ombak,
Sedang mata berkacakaca
Mencari masa lalu
Di dalam pelaksanaan takdir,
Sungguh koyak jiwaku
Melihat gerakan indah itu
Membawaku memungut masa lalumu yang gagal
Sungguh habis imajinasiku,
Membayangkanmu adalah kesedihan
Yang maha dalam,
Dalam tarianmu, aku lihat telunjukmu
Menunjuk ke langit, serupa alif
Menyangga ke Esa-an
Sedang di raut wajahmu yang telah keriput
aku melihata kesedihanmu,
mencari cinta sebagai hasrat penghabisan,
serta mencari persahabatan yang kau tinggalkan
entah dimana, saat dimana kau menyerah
demi pelaksaan takdirmu,
Dul Halim.
Bragung, 2016
Ma’rifat Malam
Kita berjalan mengkhianati matahari
Bahkan mengkhianati tuhan yang terberi
Menghapus gelisah dan segala ketakpercayaan
Pada malam dan pada segala yang sunyi
Pada bambu-bambu
Kita berharap dapat mengelabuhi bulan
Agar merasuk ini sukma
Ke dalam diri, ke dalam jantung kesedihan
Yang tak mampu ditampung oleh keganasan siang
Mari sayang,
Kita mesti merahasiakan segala yang mesti rahasia
Tariklah selimut keabadian itu
Biarkan kita terasing dari kekelaman ini
kita nikmati ketiadaan, dan
Biarkan comberan itu bercerita tentang kefanaanya
Kutub, 2016
Pergilah
_faizal Kmandobad
Kita bertemu pada waktu yang salah
Dan itu adalah deritaku
Betapa sajaksajakku ingin mengembara di tubuhmu
Tapi lidahku kelu memajat namamu
Sebagai doa dalam kegelisahan
Sungguh nikmat melewati waktu siasia karena membayangkanmu
tapi tetap saja kau harus pergi
sebab waktu bukan milik kita
kita bertemu pada waktu yang salah
dan itu adalah deritaku
pergilah,
hingga benda-benda di sekitarku
gagap untuk menunjukkanmu padaku
bahkan walau namamu
membungkus diriku
aku tak ingin menemukanmu pada namanama itu
aku hanya ingin kau pergi
meninggalkan luka yang ingin aku pelihara sendiri
dan di masa depan akan aku tunjukkan luka itu padamu
hingga ia benar-benar tahu
bahwa kau lah yang menitipkannya padaku,
dan kau pun juga akan tahu
betapa kasih sayangku pada luka itu
menghapus batasbatas kesadaranku.
Kutub, 2016
Elegi Malam
Inilah nyanyian sekaligus ratapan dukacitaku, sayang!
Kita berdua tahu bahwa,
Namanama adalah doa
Pada malam aku titipkan namanama itu;
Pada semut hitam di atas batu yang hitam
Agar benar purna gulita
Namanama itu telah ditelan oleh malam
Sengaja biar doa itu melesat masuk pada tujuannya
Mari kita tuang anggur ini
Biarkan kekosongan itu sebagai takdir prematur
Yang gagal menjalankan takdirnya sendiri
Biarkan gelas itu luruh pada kehendaknya sendiri
Sebagai cadas bagi segala kegagalan
lsky.com |
Rahasia adalah kenyataan yang diasingkan
Dan kesunyian begitu akrab;
Ia musik yang asing bagi liriknya
Ia hulu yang tak merindukan hilir
Dan luka yang gagap pada perih
Maka biarkan ia berlayar menuju samudera kesunyian
Kutub, 2016
Untuk May
May, kau tahu
Perempuan adalah tumpukan rahasia;
Menyeret lelaki pada pusaran khawatir
Membiarkan lelaki ditusuk oleh kerinduan,
Kerinduan yang membentangkan jalan
Kepada siapa ia akan berakhir
May, masing-masing kita adalah gugusan takdir
Dari jantung malam, dari wajah yang tegang
Kita menyusun getir, dan
Pada segala yang hidup kita bisikkan
Bahwa kisah ini adalah pelaksanaan takdirku
Melihatmu adalah kegelisahan perjalananku
Entah apa yang kamu bawa dari masa lalu;
Kau merobek cerita yang aku susun pada malam yang lain
Pada jantung kesedihan yang lain;
Pada hati tempat dimana aku hidup
Pada hatinya, pada simpul segala harapan
Bagai sungai mengalir menghanyutkan segala rahasia
May, sungai itu kutahu
Menghanyutkan harapan serta doadoa manusia
Pada samudera keabadian,
tapi tak mungkin sungai itu menghantarkanku padamu
sebab itu, aku bungkus gumpalan rasa itu
dan kubiarkan ia diombang-ambingkan
oleh samudera di dalam diriku,
dan bila ia telah menemukan celah untuk keluar
maka akan aku muntahkan ia
sebagai peristiwa mahamenyedihkan di dalam diriku.
Kutub, 2016
Dul Halim
Orang gila itu
Menemukan kembali ingantannya
Di dalam tarian
Terlihat jelas
Betapa gerakan kaki yang lincah
Bak angin meruah isyarat pada samudera
Yang mejadikannya ombak,
Sedang mata berkacakaca
Mencari masa lalu
Di dalam pelaksanaan takdir,
Sungguh koyak jiwaku
Melihat gerakan indah itu
Membawaku memungut masa lalumu yang gagal
Sungguh habis imajinasiku,
Membayangkanmu adalah kesedihan
Yang maha dalam,
Dalam tarianmu, aku lihat telunjukmu
Menunjuk ke langit, serupa alif
Menyangga ke Esa-an
Sedang di raut wajahmu yang telah keriput
aku melihata kesedihanmu,
mencari cinta sebagai hasrat penghabisan,
serta mencari persahabatan yang kau tinggalkan
entah dimana, saat dimana kau menyerah
demi pelaksaan takdirmu,
Dul Halim.
Bragung, 2016
Ma’rifat Malam
Kita berjalan mengkhianati matahari
Bahkan mengkhianati tuhan yang terberi
Menghapus gelisah dan segala ketakpercayaan
Pada malam dan pada segala yang sunyi
Pada bambu-bambu
Kita berharap dapat mengelabuhi bulan
Agar merasuk ini sukma
Ke dalam diri, ke dalam jantung kesedihan
Yang tak mampu ditampung oleh keganasan siang
Mari sayang,
Kita mesti merahasiakan segala yang mesti rahasia
Tariklah selimut keabadian itu
Biarkan kita terasing dari kekelaman ini
kita nikmati ketiadaan, dan
Biarkan comberan itu bercerita tentang kefanaanya
Kutub, 2016
Pergilah
_faizal Kmandobad
Kita bertemu pada waktu yang salah
Dan itu adalah deritaku
Betapa sajaksajakku ingin mengembara di tubuhmu
Tapi lidahku kelu memajat namamu
Sebagai doa dalam kegelisahan
Sungguh nikmat melewati waktu siasia karena membayangkanmu
tapi tetap saja kau harus pergi
sebab waktu bukan milik kita
kita bertemu pada waktu yang salah
dan itu adalah deritaku
pergilah,
hingga benda-benda di sekitarku
gagap untuk menunjukkanmu padaku
bahkan walau namamu
membungkus diriku
aku tak ingin menemukanmu pada namanama itu
aku hanya ingin kau pergi
meninggalkan luka yang ingin aku pelihara sendiri
dan di masa depan akan aku tunjukkan luka itu padamu
hingga ia benar-benar tahu
bahwa kau lah yang menitipkannya padaku,
dan kau pun juga akan tahu
betapa kasih sayangku pada luka itu
menghapus batasbatas kesadaranku.
Kutub, 2016
Elegi Malam
Inilah nyanyian sekaligus ratapan dukacitaku, sayang!
Kita berdua tahu bahwa,
Namanama adalah doa
Pada malam aku titipkan namanama itu;
Pada semut hitam di atas batu yang hitam
Agar benar purna gulita
Namanama itu telah ditelan oleh malam
Sengaja biar doa itu melesat masuk pada tujuannya
Mari kita tuang anggur ini
Biarkan kekosongan itu sebagai takdir prematur
Yang gagal menjalankan takdirnya sendiri
Biarkan gelas itu luruh pada kehendaknya sendiri
Sebagai cadas bagi segala kegagalan
*)Mahasiswa
Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS)UIN-SUKA Yogyakarta, fungsionalis di Madura
Walfare State Isntitute, bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta(LSKY).
0 komentar:
Posting Komentar