Kaisar Hujan
Wajah langit berkerut bulu-bulu matanya lebat oleh legam
di udara dingin merambak menaik lantai-lantai malam
lalu tiba ada yang jatuh dari ketinggian sebagai peluru hujan
menembus tubuhku yang gemetar bersedekap memeluk harap yang tumpas
Sampai kini cuaca masih menggelar kegaduhan pada ambang malam
dari lalu hingga malam berlalu langit terus tembakkan
peluru-peluru hujan lamban tapi tak terbilang berapakali menhujam
jadikan daun-daun berlubang sebagai kini atap perteduhan
membuat kata-kata gemigil mendekap makna dingin pada diri sendiri
Cabeyan,Yogyakarta,2016.
Pengakuan Sepuntung Rokok
sepuntung rokok mengadu pada ketiadaan
mengapa tubuhku dicipta namun
di hancurkan
saban hari jari-jari burung melinting
menjelma tubuhku
lalu di bakar dan di hisap bersama
segelas torabika
berapa limpatganda luka bakar, burung
ciptakan kepadaku
seperti mulut pencetus asap ngepul
bergulung-gulung, membumbung menjilati
langit waktu. hanya
membikin sesakkan jantung serta mata luka
barangkali karena tubuhku hanya
sebatas kertas dan tembakau
burung begitu ringan membakar
hinggap bertumpuk-tumpuk arang membangun
kenangan pada tanah asbak yang di kutuk
waktu menganga
Jogja,2016.
Plato Dan Goa Ilusif
Gua menganga di hadapan matahari pada suatu masa
di dalamnya terbelenggu orang-orang purba
yang terlahir sebagai batu peristiwa
serta obor menyala-nyala dari balik tirai kegelapan
percik cayanya melukis gerak manusia mencipta
bayang bergoyang pada dinding, sebagai otak realitas plato
disini hanya api pada obor berpijar sebanjang usia
yang menjadi sumbu pengetahuan ilusi
yang terus berbiak berjuta cerita
Kutub,Yogyakarta,2016.
Staza Karunia Langit
Langit berkuku hujan mencakar-cakar bumi
Menyihir batu esok tumbuh bebunga melati
Tangis langit sungguh sangat rahmat
Air matanya membangunkan segala yang tak selamat
Tuhan memang rahman membentangkan
sawah-ladang untuk mendewasakan bibit-bibit kehidupan
Tapi bukan untuk bercocok taman besi-besi
atau berkebun kawat-kawat yang melilit bumi mati
Atau kini burung-burung hanya menyejahterahkan
Gedung-gedung tinggi bagaikan
Kota-kota pesat menanam bambu-bambu beton
Menjulang merobek wajah langit zaman
Cabean,2016.
Pengantin Rokok dan Kopi
Sepanjang usiaku hanya untuk mengawinkan
sepuntung rokok dan segelas kopi
tak perlu di ruang megah maupun di pesta istemewa
di rentetan meja-meja sunyi kupun luarbisa
Maharnya tak perlu emas ataupun permata
cukup seperangkat rasa hadirkan nikmat pada puncak lidah
Dimana saja diriku menjadi penghulu, di liang sepi pun itu
sebab hanya mulut yang memesona menyatukan cinta keduanya
ijab-kabul tak usah melatih ucap bicara arab cukup legit kata dan puisi
telah mengenang ruap kopi dan asap rokok pada gelambir bibir hitam
Kutub,Yogyakarta,2016.
Menikmati Kopi
Serbuk-serbuk malam kurendam dalam gelas kopi
dengan hati-hati hati mengaduk sampai kental rasa
merebak dalam jiwa menyingsingkan selengan ilham
Lalu dalam angan mulai kuperah kata dari dedak imaji
sampai menggenang bahasa meluberkan genangan puisi
di lepek pada secangkir kopi
Di dalam hati jauh rindu menepi
dan pada pucuk bibir tak henti-henti mencecapi
sampai gelas kopi surut menyisipkan dedak waktu yang kian larut
Kutub,Yogyakarta,2016.
Kalung Sajak
Dari timur kali matamu katak-katak bebas
meloncat ke kolam ingatan membawa segerobak
kenang yang musti kukenang pada setiap tali-tali kata
lalu kusambung menjadi kalung puisi yang kelak abadi di leher kekasih
dan ketika rembulan datang bersama usia fajar yang kian memudar
gegaslah sajak kukalungkan ke leher hatimu yang berhias mawar mimpi
yang kurintis dari lambung rindu hingga ke perih yang lampau
Cabeyan,2016.
*)Norrahman Alif. Lahir tanggal 01 bulan 05 tahun 1995. Asal banyu ayu dan tinggal di yogyakarta.
surel: ainurrahman684@gmail.com
lsky.com |
Wajah langit berkerut bulu-bulu matanya lebat oleh legam
di udara dingin merambak menaik lantai-lantai malam
lalu tiba ada yang jatuh dari ketinggian sebagai peluru hujan
menembus tubuhku yang gemetar bersedekap memeluk harap yang tumpas
Sampai kini cuaca masih menggelar kegaduhan pada ambang malam
dari lalu hingga malam berlalu langit terus tembakkan
peluru-peluru hujan lamban tapi tak terbilang berapakali menhujam
jadikan daun-daun berlubang sebagai kini atap perteduhan
membuat kata-kata gemigil mendekap makna dingin pada diri sendiri
Cabeyan,Yogyakarta,2016.
Pengakuan Sepuntung Rokok
sepuntung rokok mengadu pada ketiadaan
mengapa tubuhku dicipta namun
di hancurkan
saban hari jari-jari burung melinting
menjelma tubuhku
lalu di bakar dan di hisap bersama
segelas torabika
berapa limpatganda luka bakar, burung
ciptakan kepadaku
seperti mulut pencetus asap ngepul
bergulung-gulung, membumbung menjilati
langit waktu. hanya
membikin sesakkan jantung serta mata luka
barangkali karena tubuhku hanya
sebatas kertas dan tembakau
burung begitu ringan membakar
hinggap bertumpuk-tumpuk arang membangun
kenangan pada tanah asbak yang di kutuk
waktu menganga
Jogja,2016.
Plato Dan Goa Ilusif
Gua menganga di hadapan matahari pada suatu masa
di dalamnya terbelenggu orang-orang purba
yang terlahir sebagai batu peristiwa
serta obor menyala-nyala dari balik tirai kegelapan
percik cayanya melukis gerak manusia mencipta
bayang bergoyang pada dinding, sebagai otak realitas plato
disini hanya api pada obor berpijar sebanjang usia
yang menjadi sumbu pengetahuan ilusi
yang terus berbiak berjuta cerita
Kutub,Yogyakarta,2016.
Staza Karunia Langit
Langit berkuku hujan mencakar-cakar bumi
Menyihir batu esok tumbuh bebunga melati
Tangis langit sungguh sangat rahmat
Air matanya membangunkan segala yang tak selamat
Tuhan memang rahman membentangkan
sawah-ladang untuk mendewasakan bibit-bibit kehidupan
Tapi bukan untuk bercocok taman besi-besi
atau berkebun kawat-kawat yang melilit bumi mati
Atau kini burung-burung hanya menyejahterahkan
Gedung-gedung tinggi bagaikan
Kota-kota pesat menanam bambu-bambu beton
Menjulang merobek wajah langit zaman
Cabean,2016.
Pengantin Rokok dan Kopi
Sepanjang usiaku hanya untuk mengawinkan
sepuntung rokok dan segelas kopi
tak perlu di ruang megah maupun di pesta istemewa
di rentetan meja-meja sunyi kupun luarbisa
Maharnya tak perlu emas ataupun permata
cukup seperangkat rasa hadirkan nikmat pada puncak lidah
Dimana saja diriku menjadi penghulu, di liang sepi pun itu
sebab hanya mulut yang memesona menyatukan cinta keduanya
ijab-kabul tak usah melatih ucap bicara arab cukup legit kata dan puisi
telah mengenang ruap kopi dan asap rokok pada gelambir bibir hitam
Kutub,Yogyakarta,2016.
Menikmati Kopi
Serbuk-serbuk malam kurendam dalam gelas kopi
dengan hati-hati hati mengaduk sampai kental rasa
merebak dalam jiwa menyingsingkan selengan ilham
Lalu dalam angan mulai kuperah kata dari dedak imaji
sampai menggenang bahasa meluberkan genangan puisi
di lepek pada secangkir kopi
Di dalam hati jauh rindu menepi
dan pada pucuk bibir tak henti-henti mencecapi
sampai gelas kopi surut menyisipkan dedak waktu yang kian larut
Kutub,Yogyakarta,2016.
Kalung Sajak
Dari timur kali matamu katak-katak bebas
meloncat ke kolam ingatan membawa segerobak
kenang yang musti kukenang pada setiap tali-tali kata
lalu kusambung menjadi kalung puisi yang kelak abadi di leher kekasih
dan ketika rembulan datang bersama usia fajar yang kian memudar
gegaslah sajak kukalungkan ke leher hatimu yang berhias mawar mimpi
yang kurintis dari lambung rindu hingga ke perih yang lampau
Cabeyan,2016.
*)Norrahman Alif. Lahir tanggal 01 bulan 05 tahun 1995. Asal banyu ayu dan tinggal di yogyakarta.
surel: ainurrahman684@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar